Di Indonesia, kue bulan dikenal sebagai gwee pia atau tiong chiu pia (Hokkian) atau ngie̍t-piáng (Hakka/ Khek). Kue bulan tradisional berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Sekarang ada bentuk-bentuk lain.

Terdapat bbrp varian cara membuat dan bahan2-nya (varian kulit dan isi):









Masih banyak varian lain di negara2 yg terpengaruh budaya Tionghoa, seperti Vietnam, Malaysia, Jepang, Thailand, Singapore, Indonesia, dll.
Tahun ini, brand fashion mewah dunia menawarkan kue bulan yang super istimewa:






Sejarah
Kue Bulan berawal dari kebiasaan pemujaan bulan selama Dinasti Zhou (1045 - 770 SM) yang dimulai lebih dari 3.000 tahun yang lalu; kisah legenda Hou Yi dan Chang E.



Perayaan Tiong Ciu sudah mulai dilakukan pada tahun ke-2 masa Kaisar Qin Shi Huang [Dinasti Qin = 221 – 206 SM], penanggalan Imlek bulan 8 tanggal 15. Pada hari tersebut Kaisar Qin Shi Huang berkumpul bersama dengan penduduk desa di Wu Kao Shan. Pada malam harinya semua orang menikmati pemandangan indahnya bulan di langit yang terang dengan sangat gembira, sambil bernyanyi-nyanyi dan sambil minum arak. Pada masa Dinasti Tang [618-907 M], Hari Raya Tiong Ciu ditetapkan sebagai malam bulan purnama. Pada waktu itu ada syair yang berbunyi: “1 tahun ada 12 X bulan purnama, tapi yang paling bulat dan yang paling indah dilihat, yaitu bulan purnama di Hari Raya Tiong Ciu.

Pada Dinasti Song Utara (960–1279 M), hari ke-15 dari bulan ke-8 ditetapkan sebagai "Festival Pertengahan Musim Gugur".

Kue Bulan sendiri mulai dimakan saat Dinasti Yuan (1279 - 1368), sebuah dinasti yang diperintah oleh bangsa Mongol. Tujuan makan kue bulan ini adalah penyampaian pesan untuk memberontak melawan Mongol yang diedarkan dengan kue bulan. Kue Bulan yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol.

Resep dan cara membuat kue bulan:






Tidak ada komentar:
Posting Komentar